Kamis, 08 November 2012

First Match! Part 1: Defender


Pertandingan resmi pertama gue sebagai defender adalah saat bulan kebersamaan keluarga di gereja gue.
Waktu itu selesai ibadah remaja. Temen gue, Nico dan Ruben menghampiri gue dengan membawa kertas selebaran berisi informasi kegiatan bulan keluarga. Gue sempet baca dan ada pertandingan futsal remaja putra. Gue langsung semangat.
“Eh gue ikutan futsal dong!” kata gue ke Nico.
“Iya makanya, ini gue juga lagi mau daftar!” Nico menjawab.
“Gue kiper ya!” Dengan mantap gue menjawab. Waktu itu, gue masih berambisi banget jadi kiper, padahal gue sama sekali belom pernah tampil secara resmi sebagai kiper dalam sebuah pertandingan.
“Yakin, lo bisa?” Nico agak ragu. Sepertinya, dia punya indra ke-6 yang bisa mendeteksi apakah seseorang berbakat menjadi kiper ato enggak.
“Bisa lah” jawab gue.
Bagus. Tinggal tunggu giliran aja gue digampar satu tim gara-gara kejebolan.
“Oke”.
Setelah ngobrol-ngobrol dengan pendamping wilayah 9[1], gue akhirnya dipastikan ikut bertanding dalam pertandingan itu. Yess!
Gue pun berlatih terus, meskipun saat itu waktunya ulangan umum. Bola gue sampe ngelupas kulitnya.


Sabtu, 6 Oktober 2012 adalah hari latihan untuk turnamen (atau lebih tepatnya POR). Tapi akhirnya batal karena belom pesen lapangan, sedangkan Minggu nya sudah harus bertanding.
Mampus.
Lanjut ke hari Minggu. Ada kabar bahwa tim gue hanya baru 3 orang, gue, Nico dan Ruben.
Jeder. Gimana nih?
Ternyata ada kabar gembira. Futsal remaja putra ditunda tanggal 21 Oktober.
Untuk sementara: Alhamdulillah.
Tapi, alhamdullilah itu hanya bertahan sampai tanggal 13 Oktober. Karena di hari itu, semua yang gue rencanakan harus bubar karena satu hal, tes masuk SMA, yang jatuhnya pas banget tanggal 21 Oktober 2012.
Terpaksa gue harus tinggalkan pertandingan itu. Gue udah pesimis banget tim gue bakal menang.
Gue menyempatkan diri SMS ke Nico tanggal 21 sore kira-kira jam 5. Dan apa yang gue pikirkan ternyata berbalik 180.
Berikut ini adalah transkrip SMS gue dengan Nico.
Gue            : “Nico, gimana? Menang gak?”
Nico           : “ Menang 4-1. Jgn lupa dtng y jumat jam 10 d gor goody*ar”
Men, perlu anda ketahui bahwa pada saat itu gue seneng setengah hidup (karena ‘setengah mati’ sudah terlalu mainstream), rasanya pengen gue Gangnam Style di kolam renang.
Hasrat ‘kiper penasaran’ gue muncul. Siapa yang jadi kiper sampe bisa kejebolan cuma 1 kali doang? Gue bales SMS-nya Nico begini:
Gue            : “Siap bro... Eh btw tadi yg jadi kiper siapa? Bisa cuman kejebolan sekali?”
Nico           : “Gw.”
Gue            : (ga percaya) “Elu yg kiper nic??”
Nico           : (singkat-jelas-padat) “Y”
Gue            : “Jago anjir... Ajarin!!!!”
Yak, sotoy abis. Besok-besok sekalian aja kalo si Nico ulangan IPS dapet seratus[2] dan gue langsung nyamber “Jago anjir... Ajarin!!!!”



Jumat, 26 Oktober 2012.
Jam 9.30 pagi
Gue mulai berangkat dari rumah. Jarak rumah ke GOR gak terlalu jauh. Tinggal keluar gang, belok kiri, jalan sedikit, nyampe deh.
Dari Wilayah 9 baru gue doang yang dateng. Bagus. Mau jadi apa kita ini?
Opening ceremony sebentar lagi mau dimulai. Nico membawa 2 orang temannya yang akan ikut tanding futsal bersama (maaf, gue lupa tanya namanya siapa).
Dengan ini baru ada 4 orang, sementara paling tidak harus ada 6 orang (1 substitute).
Angga (teman wilayah 9 juga) akhirnya ikut bergabung.
Masalahnya, Ruben belum juga dateng, bahkan ketika babak kedua pertandingan sebelum kita dimulai.
Perlu Anda ketahui, gue orangnya sangat-sangat panikan (ini juga yang menjadi masalah gue ketika menghadapi one-on-one). Jadi, sebelum Ruben datang gue rasanya seperti mau naek pesawat ke yang akan take-off 5 menit lagi, tapi gue baru bangun tidur, dan belom siapin baju dan perlengkapan lainnya.
“Gimana nih, Nic?” Tanya gue dengan panik.
“Tenang aja, ntar juga dia dateng. Macet katanya.”, jawab Nico.
Akhirnya Ruben dateng. Rasanya seperti mendapat pengumuman bahwa pesawat yang gue naekin didelay 5 jam.


Pertandingan kita dimulai. 5 orang mulai masuk ke lapangan. Gue saat itu menjadi substitute dan akan dimainkan di babak 2.
Saat itu gue masih berpikir bahwa “dimainkan di babak 2” adalah dimainkan sebagai kiper menggantikan Nico. Namun, harapan itu terhempas ketika gue harus maju sebagai bek menggantikan Ruben. Oke lah, mau jadi defender atau kiper, sama-sama first match gue.
Oiya, sekedar info, saat first match ini, gue masih menggunakan nomer 12, karena jersey nomer 5 gue masih belom jadi.
Sesaat sebelum gue masuk, Ruben mewanti-wanti gue.
“Bar[3], ati-ati, mereka maennya body. Saran gue lepas kacamata lu.” Lah, gimana gue mau maen tanpa kacamata? Mata gue minusnya hampir 2. Gue gak bakalan bisa ngeliat bolanya! Wong pake kacamata aja bola masih bisa lolos.
Akhirnya gue main pake kacamata.
Priiiit... Peluit babak kedua berbunyi. Skor half-time 2-1 untuk tim lawan.
Gue sempet ngerebut bola dari lawan. Tapi bola akhirnya out karena shoot gue yang jelek itu.
Beberapa saat kemudian, terjadilah apa yang dibicarakan Ruben kepada gue. Gue dibody.
Ceritanya, gue mau ngerebut bola lagi dari pemain lawan. Belom sempat gue ngambil bolanya, gue didorong sampai jatoh. Untungnya saat itu gue dan si pemain lawan itu berada di daerah penalti. Jadi, kita dapet tendangan bebas.
Setelah itu permainan berjalan biasa saja. Gol penyeimbang kedudukan dari Angga, gol balasan dari lawan, disusul gol ketiga dan keempat bagi tim gue.
Skor akhir 3-4 untuk tim gue. Yesss... Road to eighths-finals!



Dan baru gue sadari ada fakta mengejutkan dari tim gue. Tim gue merupakan satu-satunya tim yang bajunya nggak seragam, nggak berpelatih, dan ber-substitute hanya satu orang yang masuk ke perdelapan final. Hebat! 



[1] Gue, Nico dan Ruben masuk wilayah ini.
[2] Peluang gue IPS dapet seratus adalah P(100) = 0, atau bisa disebut kemustahilan
[3] Panggilan gue di Bogor

Tidak ada komentar: